Perbedaan Zakat: Pemahaman dan Penjelasan yang Harus Diketahui
Perbedaan zakat adalah topik penting yang sering menjadi pertanyaan bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang ingin memahami lebih dalam tentang sistem perpajakan sosial dalam Islam. Zakat, yang merupakan salah satu rukun Islam, memiliki peran kritis dalam distribusi kekayaan dan pembangunan sosial. Namun, banyak orang masih bingung mengenai perbedaan zakat dengan bentuk kebajikan lainnya seperti infaq dan sadaqah. Artikel ini akan menjelaskan secara mendalam tentang Perbedaan zakat, mulai dari definisi, dasar hukum, cara menghitung, hingga dampak sosialnya. Dengan memahami Perbedaan zakat, kita dapat lebih baik mempraktikkan prinsip keagamaan ini dan memaksimalkan manfaatnya bagi masyarakat.
Pemahaman Awal Tentang Zakat
Definisi Zakat dan Tujuannya
Zakat adalah kewajiban sosial yang diatur dalam syariat Islam, bertujuan untuk membersihkan harta dan mendistribusikannya kepada kelompok yang membutuhkan. Berbeda dengan infaq dan sadaqah, zakat memiliki syarat dan aturan khusus yang dibuat oleh Allah SWT. Menurut Al-Qur’an, zakat diperintahkan agar masyarakat dapat merasa kaya secara bersama dan saling bantu. Zakat diterapkan dengan sistem tetap, artinya kadar zakat ditentukan berdasarkan jenis harta, jumlah, dan waktu tertentu. Tujuan utama zakat adalah untuk menciptakan keadilan ekonomi dan memperkuat kehidupan sosial umat Islam.
Zakat sebagai Bagian dari Ibadah
Zakat bukan hanya bentuk perpajakan, tetapi juga bagian dari ibadah yang berkaitan dengan ketaatan kepada Allah SWT. Zakat diwajibkan atas harta yang telah mencapai nisab (batas minimum kekayaan) dan telah berada dalam mudharabah (masa penahanan) selama satu tahun. Dengan membayar zakat, seorang Muslim menjalankan tugas untuk memperhatikan kebutuhan sesama. Zakat memiliki nilai spiritual dan praktis, karena selain memperkuat ekonomi, juga membantu memperbaiki hubungan antarmanusia.
Perbedaan Zakat Dengan Infaq dan Sadaqah
Meskipun zakat, infaq, dan sadaqah sama-sama bentuk kebajikan, tetapi memiliki perbedaan mendasar. Zakat bersifat wajib bagi yang memenuhi syarat, sedangkan infaq dan sadaqah bersifat sunah atau sukarela. Zakat memiliki kadar yang tetap (misalnya 2,5% dari harta tertentu), sedangkan infaq dan sadaqah bisa berupa jumlah atau jenis harta yang berbeda. Selain itu, zakat dikeluarkan secara teratur dan memiliki aturan teknis, sementara infaq dan sadaqah bisa dilakukan kapan saja dan dalam bentuk apa pun.
Perbedaan Zakat Dengan Berbagai Bentuk Kebajikan Lainnya
Zakat vs Infaq
Infaq: Fleksibel dan Sukarela
Infaq bisa berupa sumbangan uang, makanan, atau benda lain yang diberikan secara spontan. Contohnya, seorang muslim mungkin memberikan infaq untuk acara pernikahan keluarga, bantuan darurat, atau untuk kegiatan sosial. Infaq juga bisa diberikan dengan tujuan memperoleh pahala, tetapi tidak harus. Perbedaan zakat dengan infaq terletak pada keharusan dan aturan penghitungannya.
Zakat: Terstruktur dan Wajib
Zakat memiliki struktur yang jelas, termasuk jenis harta yang dikenai, nisab, dan waktu penahanan. Zakat diterapkan untuk harta yang dimiliki secara tetap, seperti emas, perak, atau hasil pertanian. Untuk harta yang bergerak seperti bisnis, zakat dihitung berdasarkan keuntungan. Perbedaan zakat dengan infaq juga terletak pada prinsip bahwa zakat adalah kewajiban, sedangkan infaq adalah kebajikan.
Zakat vs Sadaqah
Sadaqah adalah bentuk kebajikan yang bisa dilakukan kapan saja dan dalam jumlah berapa pun. Sadaqah bisa berupa donasi uang, barang, atau jasa. Berbeda dengan zakat, sadaqah tidak memiliki aturan teknis yang ketat, sehingga lebih fleksibel. Sadaqah bisa diberikan untuk berbagai keperluan, baik sosial maupun spiritual, seperti membangun masjid, membantu orang miskin, atau memberi hadiah kepada orang yang membutuhkan.
Sadaqah: Sukarela dan Lebih Banyak Pilihan
Sadaqah memiliki keleluasaan dalam pemberian, tanpa batas waktu atau jumlah minimal. Orang yang membayar sadaqah bisa menentukan sendiri berapa besar jumlahnya, baik 10% dari pendapatan maupun jumlah tertentu. Sadaqah juga bisa dilakukan dalam bentuk kegiatan amal lainnya, seperti mengajar anak-anak yang kurang beruntung atau membangun rumah untuk keluarga miskin. Perbedaan zakat dengan sadaqah terletak pada kewajiban dan struktur penghitungannya.
Zakat: Wajib dan Terukur
Zakat diwajibkan bagi mereka yang memiliki harta dan memenuhi syarat. Zakat memiliki kadar yang tetap, sehingga lebih mudah dihitung. Misalnya, zakat emas dan perak adalah 2,5%, sementara zakat pertanian adalah 5%. Zakat juga dikeluarkan secara teratur, sehingga menjadi bagian dari sistem keuangan yang terencana. Perbedaan zakat ini membuat zakat lebih formal dan memiliki peran lebih besar dalam pembangunan sosial.
Perbedaan Zakat Dalam Perspektif Hukum dan Agama
Dasar Hukum Zakat
Zakat diatur dalam Al-Qur’an dan Hadis, serta dikembangkan melalui fatwa dan ijtihad para ulama. Al-Qur’an menjelaskan zakat dalam surah Al-Baqarah (2:43), Al-Imran (3:90), dan An-Nisa (4:13). Zakat merupakan bagian dari rukun Islam yang kelima, yaitu salah satu bentuk ibadah yang wajib dilakukan. Dasar hukum ini menunjukkan bahwa zakat memiliki sifat akhlak dan hukum yang saling terkait.
Zakat dalam Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an, zakat disebut sebagai "fardhu" yang diperintahkan oleh Allah. Contoh dalam surah Al-Baqarah (2:43) menyatakan bahwa zakat dikeluarkan agar masyarakat dapat mengembangkan ekonomi dan saling bantu. Surah An-Nisa (4:13) menjelaskan bahwa zakat diterapkan untuk membersihkan harta dari kesia-siaan. Hal ini menunjukkan bahwa zakat memiliki tujuan sosial dan spiritual yang jelas.
Zakat dalam Hadis
Hadis juga memberikan penjelasan tentang zakat, seperti "zakat adalah bagian dari iman" (HR. Bukhari). Hadis menegaskan bahwa zakat tidak hanya sekadar kewajiban finansial, tetapi juga bagian dari keyakinan seorang Muslim. Perbedaan zakat dengan bentuk kebajikan lainnya juga ditekankan dalam hadis, bahwa zakat memiliki proses dan syarat yang ketat.
Penegakan Zakat dalam Sistem Hukum Islam
Zakat diterapkan dalam sistem hukum Islam yang mencakup konsep maqasid al-sharia (tujuan hukum). Tujuan zakat adalah untuk menciptakan keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan umat Islam. Zakat juga berperan dalam ekonomi syariah, karena menjamin distribusi kekayaan secara adil dan berkelanjutan.
Zakat dan Sistem Ekonomi Syariah
Dalam ekonomi syariah, zakat adalah pilar utama yang mendukung keadilan dan keberlanjutan. Zakat mengurangi ketimpangan ekonomi dengan memastikan bahwa orang yang miskin mendapat bagian dari kekayaan. Sementara itu, zakat juga membantu menjaga stabilitas ekonomi dalam masyarakat, karena memberikan dana sosial yang terencana.
Zakat dan Kepemilikan Harta
Zakat diberikan atas harta yang dimiliki secara tetap. Harta tersebut bisa berupa uang tunai, emas, perak, atau hasil pertanian. Syarat harta zakat adalah harus mencapai nisab dan memiliki masa penahanan selama satu tahun. Ini berbeda dengan sadaqah yang bisa diberikan kapan saja dan dalam bentuk apa pun.
Perbedaan Zakat dalam Penerapan dan Perhitungan
Kadar Zakat yang Tetap
Zakat memiliki kadar yang tetap berdasarkan jenis harta. Misalnya, zakat emas dan perak adalah 2,5%, sedangkan zakat pertanian adalah 5%. Kadar ini ditentukan oleh Nash (sumber hukum) dan tidak bisa diganti secara sembarangan. Berbeda dengan infaq dan sadaqah, zakat memiliki standar yang jelas dalam perhitungannya.
Jenis Harta yang Dikenai Zakat
Berikut adalah beberapa jenis harta yang wajib dikeluarkan zakat: – Emas dan perak (zakat emas dan perak) – Pertanian (zakat fitrah, zakat hasil tanaman) – Perdagangan (zakat keuntungan usaha) – Harta bergerak (zakat properti) – Uang tunai (zakat harta bergerak)
Setiap jenis harta memiliki nisab dan waktu penahanan yang berbeda. Misalnya, nisab emas adalah 85 gram, sementara nisab perak adalah 595 gram. Untuk harta pertanian, nisab ditentukan berdasarkan jumlah hasil yang diperoleh.
Perhitungan Zakat
Perhitungan zakat dilakukan dengan rumus: Zakat = Nisab × 2,5% (atau 5% untuk pertanian) Proses ini memerlukan penilaian yang objektif dan pemantauan teratur. Zakat juga bisa dikeluarkan dalam bentuk barang atau uang, tergantung pada kebutuhan penerima.
Syarat dan Waktu Penahanan Zakat
Zakat hanya diberikan ketika harta mencapai nisab dan memiliki masa penahanan minimal satu tahun. Ini berbeda dengan sadaqah yang bisa diberikan kapan saja. Syarat penahanan ini bertujuan agar zakat menjadi bentuk kewajiban yang terencana dan tidak terburu-buru.
Nisab Zakat dan Penghitungannya
Nisab zakat adalah batas minimum harta yang dikenai zakat. Nisab ditentukan berdasarkan harga emas dan perak pada masa tertentu. Misalnya, pada masa ini, nisab emas adalah 85 gram, sedangkan nisab perak adalah 595 gram. Untuk harta pertanian, nisab ditentukan berdasarkan volume hasil yang diperoleh.
Waktu Penahanan Zakat
Zakat diberikan setelah harta berada dalam masa penahanan (mudharabah) selama satu tahun. Jika harta tersebut dibawa ke pasar dan dijual kembali dalam waktu kurang dari satu tahun, maka zakat belum wajib. Ini membedakan zakat dengan sadaqah yang bisa diberikan kapan saja.
Perbedaan Zakat dalam Penerima dan Pemenuhan
Tujuan Zakat vs Infaq dan Sadaqah
Tujuan zakat adalah untuk menciptakan keadilan ekonomi, sementara infaq dan sadaqah lebih bersifat sukarela dan mendukung kegiatan sosial. Zakat memiliki tujuan yang spesifik, seperti memperbaiki kondisi orang miskin, membangun masjid, atau mendukung pemerintah dalam pembangunan sosial. Infaq dan sadaqah bisa digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk kegiatan spiritual, sosial, atau budaya.
Zakat sebagai Sarana Sosial
Zakat memiliki pembagian yang terstruktur berdasarkan kategori penerima. Ini memastikan bahwa zakat sampai kepada yang terbutuhkan paling besar. Dengan demikian, zakat memiliki dampak lebih luas dibandingkan infaq dan sadaqah yang bersifat lebih individu.
Infaq dan Sadaqah sebagai Sarana Pribadi

Infaq dan sadaqah lebih bersifat pribadi dan fleksibel. Mereka bisa digunakan untuk kebutuhan tertentu, seperti membantu keluarga, membantu saudara, atau menyumbang untuk acara tertentu. Perbedaan zakat dengan infaq dan sadaqah juga terletak pada dampak sosial yang lebih besar dari zakat.
Penerima Zakat dan Sifatnya
Zakat dibagi kepada delapan kategori yang ditentukan dalam Hadis. Kategori ini menjamin bahwa zakat mencapai kelompok yang membutuhkan. Sementara itu, infaq dan sadaqah bisa diberikan kepada siapa pun, tanpa batas spesifik.
Delapan Kategori Penerima Zakat
Berikut adalah delapan kategori penerima zakat berdasarkan hadis: 1. Fakir (orang yang tidak memiliki harta) 2. Miskin (orang yang kekurangan, tetapi memiliki sedikit harta) 3. Orang yang berhukum (orang yang hutang dan tidak bisa melunasi) 4. Perjalanan (orang yang membutuhkan dana untuk perjalanan) 5. Hamba sahaya (orang yang dihukum atau ditawan) 6. Orang yang berhukum (orang yang membutuhkan bantuan) 7. Orang yang berjihad (orang yang melakukan perang atau pemimpin) 8. Orang yang menurut pada pembayaran zakat
Kategori ini memastikan bahwa zakat mencapai kelompok yang paling membutuhkan dan membantu masyarakat secara adil.
Perbedaan Zakat Dengan Infaq dan Sadaqah
Perbedaan zakat dengan infaq dan sadaqah terletak pada kategori penerima. Zakat memiliki kategori yang spesifik dan terukur, sedangkan infaq dan sadaqah bisa diberikan kepada siapa pun. Ini membuat zakat memiliki dampak sosial yang lebih besar dan kompleksitas pengelolaannya lebih tinggi.
Perbedaan Zakat dalam Praktik dan Konteks Modern
Zakat dalam Sistem Ekonomi Modern
Meskipun zakat memiliki akar dalam syariat Islam, penerapannya di masa kini memerlukan adaptasi. Zakat bisa diterapkan dalam bentuk uang, barang, atau jasa. Di era digital, zakat juga bisa dikelola melalui platform online atau aplikasi yang memudahkan pengumpulan dan distribusi.
Adaptasi Zakat dalam Era Digital
Dalam era digital, zakat bisa dikelola dengan lebih efisien. Misalnya, ada aplikasi yang bisa menghitung nisab, menentukan jenis zakat, dan mengirimkan dana ke penerima. Ini membedakan zakat dengan infaq dan sadaqah, yang bisa diberikan secara manual tanpa bantuan teknologi.
Zakat dan Peran Pemerintah
Di beberapa negara, zakat juga dikelola oleh pemerintah sebagai bagian dari sistem keuangan sosial. Pemerintah bisa menetapkan aturan zakat berdasarkan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, zakat memiliki peran komplementer dalam membantu pemerintah memenuhi kebutuhan sosial.
Zakat dan Perbedaan Budaya
Meskipun zakat adalah bagian dari syariat Islam, penerapannya bisa berbeda di berbagai negara dan budaya. Contohnya, di Indonesia, zakat dikelola oleh Badan Amil Zakat (BAZ), sedangkan di negara lain, zakat bisa dikelola oleh organisasi keagamaan atau pemerintah. Perbedaan ini mencerminkan adaptasi zakat dalam konteks lokal.
Zakat di Berbagai Negara
Zakat diterapkan secara berbeda di berbagai negara, tergantung pada kebijakan pemerintah dan organisasi keagamaan. Di Indonesia, zakat dikelola oleh BAZ, sedangkan di Arab Saudi, zakat dikelola oleh BADAN KEAGAMAAN NASIONAL (BAKIN). Di negara-negara lain seperti Malaysia, zakat bisa menjadi bagian dari kebijakan pemerintah atau dikelola oleh lembaga independen.
Zakat dan Kebudayaan Lokal
Di beberapa negara, zakat memiliki peran yang lebih besar dalam pembangunan sosial, sementara di negara lain, zakat lebih fokus pada keagamaan. Perbedaan ini memperlihatkan bahwa zakat bisa beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Perbedaan Zakat dalam Pembayaran dan Faktor yang Mempengaruhi
Faktor yang Mempengaruhi Pembayaran Zakat
Pembayaran zakat dipengaruhi oleh jumlah harta, nisab, dan waktu penahanan. Jika harta tidak mencapai nisab atau belum berada dalam masa penahanan, maka zakat tidak wajib. Faktor ini menunjukkan bahwa zakat bukan hanya bentuk kewajiban, tetapi juga bersifat dinamis tergantung pada kondisi perekonomian.
Nisab dan Penentuan Jumlah Zakat
Nisab zakat ditentukan berdasarkan harga emas dan perak pada masa tertentu. Misalnya, jika harga emas meningkat, maka nisab akan berubah. Ini membuat Perbedaan zakat antara satu negara dan negara lain bisa terjadi. Untuk harta pertanian, nisab ditentukan berdasarkan hasil panen. Jika hasil pertanian mencapai batas tertentu, maka zakat wajib dikeluarkan. Faktor ini juga berbeda dengan infaq dan sadaqah yang tidak memiliki aturan penentuan jumlah.
Waktu Penahanan Zakat
Waktu penahanan zakat adalah satu tahun dari hari pertama harta tersebut diperoleh. Jika harta diperoleh dalam waktu kurang dari satu tahun, maka zakat belum wajib. Ini membedakan zakat dengan infaq dan sadaqah yang bisa diberikan kapan saja tanpa batas waktu.
Cara Membayar Zakat
Cara membayar zakat bisa berupa uang tunai, barang, atau jasa. Zakat bisa dibayar secara manual atau digital. Di era modern, banyak orang memilih cara digital untuk memudahkan proses pembayaran.
Zakat dalam Bentuk Uang
Zakat dalam bentuk uang adalah cara paling umum. Misalnya, zakat emas dan perak dikeluarkan dalam bentuk uang tunai. Jumlah zakat ditentukan berdasarkan nisab dan kadar yang telah ditetapkan. Zakat dalam bentuk uang memiliki keuntungan karena mudah dihitung dan didistribusikan.
Zakat dalam Bentuk Barang
Zakat bisa juga diberikan dalam bentuk barang yang bernilai. Misalnya, zakat pertanian bisa diberikan dalam bentuk hasil panen seperti padi atau jagung. Zakat dalam bentuk barang memiliki keuntungan dalam memenuhi kebutuhan spesifik penerima. Ini membedakan zakat dengan infaq dan sadaqah yang lebih fleksibel dalam bentuk pemberian.
Perbedaan Zakat dalam Manfaat dan Dampak Sosial
Zakat sebagai Alat Pemeliharaan Ekonomi
Zakat berperan penting dalam pemeliharaan ekonomi masyarakat. Zakat membantu menyebarluaskan kekayaan kepada yang membutuhkan, sehingga mencegah kesenjangan sosial. Dengan memahami Perbedaan zakat, kita bisa memaksimalkan manfaat zakat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan keadilan sosial.
Manfaat Zakat untuk Masyarakat
Zakat memiliki manfaat yang komprehensif, mulai dari membantu orang miskin, fakir, dan orang yang berhukum. Zakat juga mendorong pertumbuhan ekonomi karena memberikan dana sosial yang bisa digunakan untuk investasi, pendidikan, dan kebutuhan dasar. Dengan demikian, zakat memiliki dampak yang lebih luas dibandingkan infaq dan sadaqah.
Zakat dan Pembangunan Sosial
Zakat memiliki peran pembangunan sosial yang lebih besar karena memiliki sistem distribusi yang terukur. Misalnya, zakat dibagi ke delapan kategori yang berbeda, sehingga pastikan semua kelompok masyarakat mendapat manfaat yang adil. Ini membedakan zakat dengan infaq dan sadaqah yang bisa digunakan untuk kebutuhan tertentu.
Zakat dalam Membangun Kepercayaan Sosial
Zakat juga memperkuat kepercayaan sosial dalam masyarakat. Dengan membagikan kekayaan secara adil, zakat menciptakan keadilan dan persatuan. Ini berbeda dengan infaq dan sadaqah yang mungkin lebih bersifat pribadi atau sementara.
Zakat dan Kesejahteraan Masyarakat
Zakat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendistribusian kekayaan yang tepat. Zakat juga memberikan kesempatan bagi orang miskin untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka. Dengan demikian, zakat memiliki dampak jangka panjang yang lebih besar dibandingkan bentuk kebajikan lainnya.
Zakat dan Penguatan Hubungan Antarmanusia
Zakat memperkuat hubungan antarmanusia melalui pemberian bantuan yang terstruktur. Dengan mengetahui Perbedaan zakat, kita bisa memahami bahwa zakat bukan hanya bentuk kewajiban finansial, tetapi juga sarana komunikasi dan kepedulian sosial.
Tabel Perbandingan Zakat, Infaq, dan Sadaqah
| Aspek | Zakat | Infaq | Sadaqah |
|---|---|---|---|
| Definisi | Kewajiban sosial yang diatur oleh syariat Islam | Bentuk kebajikan yang sukarela | Bentuk kebajikan yang sukarela |
| Kewajiban | Wajib bagi yang memenuhi syarat | Sukarela | Sukarela |
| Kadar Zakat | Tetap (2,5% atau 5% sesuai jenis harta) | Bisa berupa jumlah atau bentuk yang berbeda | Bisa berupa jumlah atau bentuk yang berbeda |
| Waktu Penahanan | Minimal satu tahun | Tidak ada batas waktu | Tidak ada batas waktu |
| Tujuan | Menciptakan keadilan ekonomi dan kesejahteraan | Mendukung kegiatan sosial dan spiritual | Mendukung kegiatan sosial dan spiritual |
| Penerima Zakat | Delapan kategori (fakir, miskin, orang berhukum, dll.) | Bisa diberikan kepada siapa pun | Bisa diberikan kepada siapa pun |
| Fleksibilitas | Terbatas, berdasarkan aturan teknis | Lebih fleksibel | Lebih fleksibel |
| Dampak Sosial | Lebih besar karena terstruktur | Lebih kecil | Lebih kecil |
Pertanyaan Umum Tentang Zakat
Q: Apa itu zakat? A: Zakat adalah kewajiban sosial dalam Islam yang bertujuan untuk membersihkan harta dan mendistribusikannya kepada kelompok yang membutuhkan. Zakat dikeluarkan atas harta yang mencapai nisab dan berada dalam mudharabah selama satu tahun. Q: Siapa yang wajib membayar zakat? A: Zakat wajib dibayar oleh orang yang memenuhi syarat, seperti memiliki harta yang mencapai nisab dan memiliki masa penahanan selama satu tahun. Siapa pun yang memenuhi syarat, baik laki-laki maupun perempuan, wajib membayar zakat. Q: Bagaimana cara menghitung zakat? A: Zakat dihitung berdasarkan jenis harta, nisab, dan kadar yang tetap. Misalnya, zakat emas adalah 2,5% dari harta yang mencapai nisab. Untuk harta pertanian, zakat adalah 5% dari hasil panen yang diperoleh. Q: Apa saja kategori penerima zakat? A: Zakat dibagi ke delapan kategori yang berbeda, yaitu fakir, miskin, orang yang berhukum, perjalanan, hamba sahaya, orang yang berjihad, orang yang menurut pada pembayaran zakat, dan orang yang dihukum. Ini memastikan bahwa zakat mencapai kelompok yang membutuhkan. Q: Apa perbedaan zakat dengan infaq dan sadaqah? A: Zakat bersifat wajib dan terukur, sedangkan infaq dan sadaqah bersifat sukarela dan fleksibel. Zakat memiliki kadar yang tetap dan syarat khusus, sedangkan infaq dan sadaqah bisa diberikan dalam bentuk apa pun dan kapan saja.
Kesimpulan
Dengan memahami Perbedaan zakat, kita dapat lebih baik menjalankan rukun Islam yang kelima dan membangun keadilan sosial. Zakat memiliki sifat wajib, terstruktur, dan terukur, sehingga memiliki dampak yang lebih besar dibandingkan bentuk kebajikan lainnya. Zakat tidak hanya sekadar kewajiban finansial, tetapi juga sarana keagamaan yang memperkuat hubungan antarmanusia dan kesejahteraan masyarakat. Dengan mempraktikkan zakat secara tepat, kita bisa membantu perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat secara lebih adil dan berkelanjutan. Maka dari itu, penting bagi semua orang yang memenuhi syarat untuk mengenal dan mempraktikkan zakat agar manfaatnya bisa dirasakan oleh siapa pun yang membutuhkan.